Hati mana yang tak bersedih, saat orang yang sangat disayangi menderita sakit parah. Ayah, ibu, suami, istri, anak atau yang lainnya.
Bersedih adalah sesuatu yang manusiawi. Namun benteng keimanan akan menggantikan tumpulnya mata hati akibat kesedihan berlebih.
Mukmin sejati tetap bisa berfikir jernih, walau dirundung kesedihan.
Saat ujian datang menerpa, dia tetap bisa merasakan kemahabijaksanaan Allah ta’ala. Dia yakin sebagai sepahit apapun takdir yang menimpanya, Allah lah yang menetapkannya. Tidak ada takdir Allah yang kosong dari hikmah. Penyebab Dialah al-Hakim; Yang Maha Bijaksana.
Mukmin hakiki berusaha bangkit hikmah di balik musibah. Entah itu hikmah yang bisa mengubah duniawi juga ukhrawi.
Tidak sedikit orang yang bisa menikmati khusyu’nya munajat, sebaliknya saat ditimpa musibah. Meresapi indahnya isi redaksi doa-doa yang termaktub di al-Qur’an dan Hadits. Merasakan kerdilnya kemampuan manusia dan kebutuhan kompatibilitas bagi pertolongan Allah.
Berbagai hikmah ukhrawi tadi, lebih mahal dari dunia seisinya.
Padahal, selain hikmah ukhrawi, masih ada hikmah duniawi di balik musibah.
Dalam kasus sakitnya keluarga tercinta misalnya. Kita bisa mengoreksi gaya hidup selama ini. Pola makan yang kurang sehat. Minimnya olahraga. Kebersihan tempat tinggal.
Kata pendek, seberat apa pun ujian, jangan pernah lupa kemahabijaksanaan Allah.
Dengan demikian, insyaAllah tetap naik, bahkan akan naik kelas!
Kota Gudeg, 9 Muharram 1440 H
Abdullah Zaen