Mengapa masih ada orang yang rajin mengaji, tapi ternyata dia suka berjudi bahkan berzina? Mengapa masih ada orang yang rutin shalat berjamaah, namun ternyata suka iri dan menggunjing orang lain?
Fenomena memprihatinkan di atas tentu perlu dicaritahu penyebabnya untuk diperbaiki. Sebab jika dibiarkan bisa berbahaya. Bakalan merusak banyak orang tentang ajaran Islam.
Langkah-langkah selanjutnya untuk melakukan perbaikan:
Pertama: Tidak boleh gebyah uyah
Adanya kekurangan dalam diri sebagian besar orang yang rajin beribadah, tidak boleh lantas membuat kita mengeneralisasi privasi untuk semua yang rajin beribadah. Untuk setiap orang yang rajin beribadah. Sebab sikap itu tidak adil.
Alhamdulillah masih banyak orang yang rajin beribadah, dan di waktu yang sama mereka juga menghadapi masalah negatifnya.
Kedua: Jangan berhenti ibadah
Perilaku yang tercela adalah perilaku maksiatnya, bukan ibadahnya. Bertanya tidak boleh berkata, “Buat apa shalat? Toh si anu, rajin shalat, tapi tetap maksiat! ” Ini logis yang sangat aneh. Kenapa yang disalahkan adalah shalatnya? Apakah shalat adalah kegiatan yang mulia? Sikap yang benar adalah, lanjutkan ibadah dan dikirim maksiat.
Ketiga: memulihkan kualitas ibadah
Idealnya, orang yang rajin beribadah, perilaku kesehariannya juga akan baik. Allah ta’ala berfirman,
“ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ “
Artinya : “Sesungguhnya shalat ITU mencegah Dari Perbuatan Yang keji Dan munkar”. QS. Al-‘Ankabut (29): 45.
Bagaimana jika ada orang yang rajin shalat, masih tetap melakukan keji dan munkar, maka kualitas shalatnya lah yang perlu dipertanyakan.
Banyak orang shalat, namun hanya lahiriahnya saja. Tidak sedikit orang yang berhaji dan berumrah, namun hanya lahiriahnya saja. Banyak orang rajin membaca al-Qur’an, namun hanya di lisannya saja.
Padahal, ibadah apa pun di dalam Islam, pasti memiliki dua dimensi. Lahir dan batin. Luar dan dalam. Gerakan lahiriah dan peresapan hati. Menganggap sama-sama penting. Namun yang paling penting adalah amalan hati. Sebab itu merupakan pondasi ibadah.
Ibadah hati itu contohnya: ikhlas, khusyu ‘, tawadhu’, tawakkal, muraqabah, selalu takut kepada Allah, meresapi dzikir dan bacaan al-Qur’an dan lain-lain.
Mari sempurnakan semua ibadah kita, agar berefek positif untuk kehidupan dunia dan akhirat kita.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 21 Jumada Tsaniyah 1439/9 Maret 2018