Minggu, 09 Feb 2025
  • Selamat Datang di Official Website SMAIT NURUL IHSAN Boarding School Cilacap Berakreditasi B © 2023 All Rights Reserved.

KEPALA BATU

KEPALA BATU

Entah siapa yang pertama kali membuat permohonan ini. Kiasan tidak mau menuruti nasihat orang; tegar hati; keras kepala.

Jika dalam al-Qur’an, ada istilah “hati yang lebih keras dari batu”. Allah Ta’ala menceritakan situasi Bani Israil, “Setelah itu hati kalian menjadi keras. Seperti batu. Lebih lebih keras lagi ”. QS. Al-Baqarah (2): 74.

Karena pemicu sulitnya seseorang untuk menerima nasehat adalah karena mendorong kesombongan. Keangkuhan. Besar kepala. Merasa paling anu dan itu. Menganggap orang lain tidak ada apa-apanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa kesombongan itu ada dua macam. Menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

“الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ”

“Kesombongan adalah: menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. SDM. Muslim.

Dua jenis kesombongan ini biasanya saling berkorelasi. Menolak kebenaran yang timbul karena meremehkan orang lain. Gara-gara meremehkan orang lain jadi ditolak kebenaran.

Parahnya lagi, kesombongan ini membuat orang lupa kekurangannya sendiri. Sulit untuk memperbaiki diri. Akibat terlalu sibuk merendahkan orang lain. Ibarat kuman di seberang lautan tampak. Gajah di pelupuk mata tak tampak.

Jadi kerusakan yang diakibatkan kesombongan ini sangat dahsyat. Maka jangan heran bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan ingat keras.

“لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ”

“Tidak akan masuk surga orang yang ada di dalam lingkungan yang ada sifatnya sombong, meski berjumlah debu”. SDM. Muslim.

Na’udzu billah min dzalik…

Ada orang yang suka mengambil sikap. Karena tidak menyadari bahwa sikap ini merusak.

“Memang saya keras kepala. Jadi apa? ”Begitu katanya.

Ada juga individu yang sedikit bangga dengan kekeraskepalaannya.

Malah berkomentar, “Saya memang nekat. Tidak ada yang bisa milik saya. Saya Bukan bawahan siapa-siapa ”.

Untuk spesies manusia seperti ini, mungkin cukup didoakan agar mendapat hidayah. Atau terserah kehendak Allah saja. Barangkali lebih baik segera diwafatkan-Nya. Supaya tidak semakin banyak kerusakan yang ditimbulkan.

Wallahu a’lam …

Pesantren Tunas Ilmu Purbalingga, 23 J Ula
1440/29 Januari 2019 Abdullah Zaen

Post Terkait

POSITIF THINKING
28 Mei 2020

POSITIF THINKING

SERIUS MEMINTA MAAF
28 Mei 2020

SERIUS MEMINTA MAAF

Ciri Munafiq
28 Mei 2020

Ciri Munafiq

0 Komentar

KELUAR