MAKMUR LUAR DALAM
Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA
Alhamdulillâh, cuci shalâtu adalah salâmu ‘alâ rasûlillah…
Keimanan itu bertentangan berpusat di hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,
“التَّقْوَى هَاهُنَا” وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ.
“Takwa itu di sini”. Sambil dia menunjuk ke dadanya tiga kali. SDM. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Sesuatu yang berada di dalam hati yang tidak terlihat. Penyebab tersembunyi diimplementasikan.
Namun keimanan yang ada di dalam hati, bisa diketahui tentangnya dengan tanda-tanda lahiriah yang terlihat mata.
Di antara tanda keimanan ini adalah memakmurkan masjid. Allah ta’ala berfirman,
“إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر وأقام الصلاة وآتى الزكاة ولم يخش إلا الله فعسى أولئك أن يكونوا من المهتدين”
Artinya: “Yang memakmurkan masjid-masjid Allah itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Serta tetap mengumpulkan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali untuk Allah. Mereka adalah golongan yang selalu mendapat petunjuk ”. QS. At-Taubah (9): 18.
Berbagai pertanyaan tentang ulama tafsir tentang makna memakmurkan masjid, bisa disimpulkan menjadi dua:
1. Memakmurkan fisik bangunannya.
2. Memakmurkan kegiatan di dalamnya. [Baca: Zâd al-Masîr karya Ibn al-Jauziy (hal. 572) dan Jâmi ‘al-Bayân karya al-Ijiy (hal. 373).]
Atau dengan kata lain tetap masjid agar senantiasa makmur luar dan dalam.
Memakmurkan fisik bangunan masjid, dimulai dari mendirikan masjid baru. Kemudian juga merawat bangunan masjid yang sudah ada. Baik fasilitas penerangannya, pengairannya, sirkulasi udaranya, karpetnya, hingga kebersihan dalam dan luar masjid.
Sementara memakmurkan kegiatan di masjid, sebagian besar ditujukan untuk shalat fardhu berjamaah waktu yang tepat. Kemudian juga mengisinya dengan majelis taklim rutin. Untuk mengkaji al-Qur’an dan hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Baik yang diperuntukkan buat kaum dewasa, maupun untuk anak-anak.
Masjid Bahagia Memakmurkan
Siapapun orang yang memiliki keimanan di senangi, ia akan merasa senang untuk memakmurkan masjid. Atau minimal senang melihat masjid-masjid dimakmurkan.
Maka, orang yang terjangkiti kegalauan dan kegelisahan saat melihat salah satu masjid makmur, ini pertanda keimanannya bermasalah. Yang lebih parah dari itu, ada orang yang lebih suka melihat masjid sepi daripada makmur. Susah mencoba membuat sepi masjid yang dimiliki makmur. Hanya karena berbeda ormas atau pilihan politik.
Semoga Allah ta’ala memberikan hidayah kepada orang-orang yang terjangkiti hasad, iri, dengki dan berbagai penyakit hati lainnya. Amien …
Pesantren ”Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 6 R. Tsani 1440/14 Desember 2018