Jumat, 24 Jan 2025
  • Selamat Datang di Official Website SMAIT NURUL IHSAN Boarding School Cilacap Berakreditasi B © 2023 All Rights Reserved.

“METODE PENDIDIKAN ANAK DIRUMAH BAG 11”

Fikih Pendidikan Anak
Silsilah no 117

“TAS METODE PENDIDIKAN ANAK DIRUMAH 11”

Dengan memahami metode pembelajaran yang baik, proses pendidikan yang diharapkan berlangsung setiap waktu, tanpa anak-anak terus digurui dan orang tua tidak merasa terbebani. Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas metode ketujuh adalah motivasi berupa hadiah dan hukuman. Saat itu telah disetujui beberapa rambu agar hukuman efektif. Berikut kelanjutannya:

C. Standarkan bantuan hukuman pada terapi

Penting sekali untuk dapat membedakan antara perilaku dengan kesulitan. Standar pemberian keputusan yang disetujui berawal dari evaluasi terhadap anak, bukan pelakunya.

Setiap anak yang berhasil dalam keadaan fitrah. Atau memiliki tabiat untuk menerima manfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ”

“Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah”. SDM. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Maka semestinya kita memiliki keyakinan tentang melakukan kesalahan, sejatinya anak tetap sebagai pribadi atau kejahatan yang baik.

Akan terasa bedanya antara dua komentar berikut:

Dasar pembohong! Sudah menemukan uang yang ditemukan dalam tasmu, masih belum mendapatkan mencurinya?

Bandingkan dengan komentar ini: MasyaAllah nak, kamu mengalahkan pada mama? Uang itu dapat ditemukan dalam tasmu? Tapi mama tahu, kamu anak baik dan ksatria. Suatu saat nanti akan mau mengakui kesalahanmu.

Cara terakhir ini insyaAllah lebih aman. Karena ketika kita harus memberikan hukuman, mereka tahu bahwa kita memang menyalahkan perbuatannya, tapi tetap menghargai dan tidak menjelek-jelekkan pribadinya. Dengan demikian mereka merasa memperoleh kepercayaan, bahwa di lain waktu, bisa memperbaiki kesalahan. Ini adalah modal awal yang menjadi bibit tumbuhnya motivasi memperbaiki diri dalam hati anak.

D. Hukumlah tanpa emosi

Pemberian hukuman itu ada tujuannya. Bila salah niat, maka hasilnya pun akan negatif. Contoh kesalahan tersering adalah menghukum dengan tujuan untuk melampiaskan emosi. Alih-alih bakalan menghasilkan kesadaran pada diri anak. Justru yang ada adalah akan menimbulkan perasaan dendam.

Sebagian besar anak yang melakukan kesalahan, sebenarnya mereka tahu akan kesalahan yang mereka perbuat. Sehingga mereka hanya memerlukan sedikit peringatan, juga pengertian dan pemahaman terhadap kesalahan yang mereka perbuat. Selanjutnya yang diperlukan adalah bimbingan untuk memperbaiki diri. Sama sekali tidak diperlukan kemarahan dan emosi berlebihan di sini.

Saat anak melakukan kesalahan, emosinya berada dalam keadaan labil. Kurang efektif bila saat itu kita memberikan nasehat panjang lebar. Juga mengungkit-ungkit kesalahannya. Apalagi menjatuhkan hukuman fisik berlebihan. Dalam kondisi emosi labil, anak merasakan nasehat yang didengarnya hanya sebagai kecerewetan dan omelan yang menyakitkan.

Lebih baik kita menunda nasehat. Sambil mencari waktu dan cara yang tepat dan efektif. Pilihlah waktu di mana emosi anak sedang cerah, santai dan gembira. InsyaAllah anak lebih mudah untuk menerima nasehat. Apalagi bila cara penyampaiannya, tidak menggurui dan tidak menyudutkan. Tapi memberi kesempatan dialog terbuka dengan mereka.

Jika nasehat saja bisa ditunda, jika diperlukan dan kondisinya kurang mendukung, dapat ditunda? Bersambung
 Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 1 Dzulhijjah 1439/13 Agustus 2018

Post Terkait

Anak Dan Seni
28 Mei 2020

Anak Dan Seni

0 Komentar

KELUAR