Banyak yang ingin sekolah sebagai tumpuan satu-satunya untuk pendidikan putra-putrinya. Bahkan, tidak sedikit yang seakan telah melepaskan dirinya dari kebutuhan mendidik anak-anak, setelah ia memasukkan mereka ke sekolah.
Segala sesuatu diterima ke sekolah. Ibarat orang mengirim pakaian kotor. Cukup pembayaran lalu terima hasil saja. Berupa pakaian bersih nan licin. Meski nyata tidak sedikit yang kecewa dengan pihak sekolah. Manakala hasil tidak sesuai yang diharapkan.
Sementara tanggung jawab pendidikan anak ada pada kita; orang tua. Bukan di sekolah. Sebab sekolah hanya patner pembantu kita dalam pendidikan.
Dalil beban tanggung jawab ini adalah firman Allah ta’ala,
“ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا “
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluarga kalian dari api neraka”. QS. At-Tahrim (66): 6.
Aslinya ayat ini tertuju untuk para orang tua. Perintah untuk anak-anak dan anak-anak dari api neraka. Teknisnya adalah dengan mendidik dan mengajari mereka. Begitu Keterangan yang disampaikan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Orang tualah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang menerima.
“ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته, … والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عن رعيته , والمرأة راعية على أهل بيت زوجها وولده وهي مسئولة عنهم , … ”.
“Ketahuilah, kalian semua akan bertanggung jawab dan kalian semua akan meminta pertanggungjawaban… Seorang lelaki penanggung jawab atas anggaran dan dia akan bertanya tentang mereka. Seorang wanita penanggung jawab atas anak-anak dan dia akan membahas tentang mereka … ”. SDM. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umarradhiyallahu ‘anhuma.
Orang tua tidak boleh berlepas diri dari tanggung jawab mendidik anak. Mendelegasikan tugas itu kepada orang lain. Atau menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan. Sebab pendidikan anak adalah tugas utama dalam rumah tangga.
Mulai dari diri sendiri
Sebelum mendidik anak, lanjutkan orang tua memperbaiki diri terlebih dahulu. Sebab hakikat pendidikan yang sebenarnya adalah keteladanan.
Atmosfir kesuburan di rumah dan lingkungan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pendidikan anak. Maka orang tua harus berusaha menjadi salih-salihah, agar anak-anak pun terpacu untuk menjadi salih dan salihah.
Khalifah Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu menyediakan waktu khusus untuk anak-anak. Dia mengajari mereka shalat. Tidak tidur beliau tidur bersama mereka untuk memberi nasehat dan pesan-pesan sebelum tidur. Dia melatih mereka untuk qiyamul lail. Fajar datang, bernyanyi Khalifah lalu membangunkan anak-ditangkap.
Teruslah muhasabah diri. Penting mengoreksi niat dalam mendidik anak. Hendaklah orang tua selalu ikhlas hanya-mata mengharap ridha Allah dalam menjalankan tugas mulia ini.
Kemudian berusahalah mendidik anak dengan metode yang telah dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan demikian, segala aktivitas yang kita lakukan dalam mendidik anak akan bernilai ibadah dan berpahala insyaAllah .
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 27 Jumada Tsaniyah 1440 / 4 Maret 2019